Kapok naik Banana Boat
Bismillah, ada yang pernah merasakan bagaimana serunya bermain Banana Boat? Saya !!, pengalaman pertama dan mungkin untuk yang terakhir kalinya, saya kapok naik banana boat lagi. Awal tahun 2018, Waktu itu lagi momen liburan bersama keluarga besar ke Pantai Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba. Pas tiba di tempat tujuan pandangan kami langsung tertuju sama keseruan orang-orang yang naik banana boat, wah seru sekali kelihatannya ada yang banana boatnya sengaja dibalik pas berhenti ada yang tidak mau dibalik sama pak operator mesin kapal yang menarik banana boatnya keliling. Sebelum turun main air keluarga yang datang dari jauh sangat tertarik dan ingin merasakan serunya naik wahana yang satu ini, kebetulan saya sebagai tuan rumah belum pernah merasakan naik banana boat juga. Dalam sekali jalan banana boatnya berisi enam orang, saya bersama om, tante dan sepupu dipakaikan pelampung dulu buat jaga-jaga kalau ada apa-apa, dan kita dikasih tahu kalau nanti kita akan dibawa keliling sampai tiga kali putaran dan kita ditanya lagi nanti pas selesai banana boatnya mau yang kebalik atau jangan, berhubung ada tante dan om yang sudah pada berusia lanjut belum terlalu tua juga sih, spontan jawabnya "jangan pak, kita jangan dibalik" baiklah pak operator sepertinya sudah mengerti.
Singkat cerita, awal-awal banana boatnya mulai jalan berasa serunya kita semua sudah teriak-teriak seru tiba-tiba mesin kapal yang menarik banana boatnya mati. Padahal belum setengah perjalanan, kata pak operator katanya mesinnya tiba-tiba mati, saya masih ingat dengan jelas banana boat yang kami naiki berhenti ditengah lautan eh bukan tengah-tengah sekali juga pokoknya jarak bibir pantai masih sangat jauh, apalagi saya yang belum jago renang tidak bakalan kuat berenang sejauh itu. Sekitar lima menit pak petugasnya otak-atik mesin kapalnya yang tidak mau menyala juga, deg-degan tapi seru juga waktu itu. Soalnya pemandangan bawah airnya itu Subhanallah indah sekali, airnya yang jernih bikin semua yang ada dibawah terlihat dengan sangat jelas, ada ikan nemo, tanaman lamun, batu-batu karang, pokonya indah sekali. Mesinnya akhirnya menyala, Alhamdulillah, akhirnya kami putar-putar lagi tapi kali ini sudah mulai mendekat ke bibir pantai. Eh mesinnya mati lagi tapi matinya tiba-tiba kayak mobil direm mendadak padahal lagi kencang-kencangnya, akhirnya banana boat yang kami naiki itu terbalik sendiri. Terjatuhlah kami semua ke dalam air dan lokasi jatuhnya kami masih jauh dari bibir pantai kemampuan berenang saya yang sangat terbatas membuay saya tidak kuat mengapung, kok bis yah padahal saya pakai pelampung. Ternyata pelampung yang saya pakai kebesaran buat ukuran saya, akhirnya saya banyak menelan air laut untungnya om dan tante saya semuanya jago renang dengan cepat mereka menarik saya dari dalam air. Si bapak operator kapal juga dengan cepat membantu kami naik kembali ke boat bentuk pisang besar itu, dan meminta maaf karena insiden itu, si Bapak operator menawarkan untuk diulang dengan kapal lain yang mesinnya dijamin tidak rusak. Om, tante dan sepupu-sepupu saya menolak tawaran si bapak operator. Kami merasa sedikit kecewa karena insiden itu, tapi entah siapa yang mau disalahkan. Sejak saat itu saya kapok naik banana boat lagi, betul-betul pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Singkat cerita, awal-awal banana boatnya mulai jalan berasa serunya kita semua sudah teriak-teriak seru tiba-tiba mesin kapal yang menarik banana boatnya mati. Padahal belum setengah perjalanan, kata pak operator katanya mesinnya tiba-tiba mati, saya masih ingat dengan jelas banana boat yang kami naiki berhenti ditengah lautan eh bukan tengah-tengah sekali juga pokoknya jarak bibir pantai masih sangat jauh, apalagi saya yang belum jago renang tidak bakalan kuat berenang sejauh itu. Sekitar lima menit pak petugasnya otak-atik mesin kapalnya yang tidak mau menyala juga, deg-degan tapi seru juga waktu itu. Soalnya pemandangan bawah airnya itu Subhanallah indah sekali, airnya yang jernih bikin semua yang ada dibawah terlihat dengan sangat jelas, ada ikan nemo, tanaman lamun, batu-batu karang, pokonya indah sekali. Mesinnya akhirnya menyala, Alhamdulillah, akhirnya kami putar-putar lagi tapi kali ini sudah mulai mendekat ke bibir pantai. Eh mesinnya mati lagi tapi matinya tiba-tiba kayak mobil direm mendadak padahal lagi kencang-kencangnya, akhirnya banana boat yang kami naiki itu terbalik sendiri. Terjatuhlah kami semua ke dalam air dan lokasi jatuhnya kami masih jauh dari bibir pantai kemampuan berenang saya yang sangat terbatas membuay saya tidak kuat mengapung, kok bis yah padahal saya pakai pelampung. Ternyata pelampung yang saya pakai kebesaran buat ukuran saya, akhirnya saya banyak menelan air laut untungnya om dan tante saya semuanya jago renang dengan cepat mereka menarik saya dari dalam air. Si bapak operator kapal juga dengan cepat membantu kami naik kembali ke boat bentuk pisang besar itu, dan meminta maaf karena insiden itu, si Bapak operator menawarkan untuk diulang dengan kapal lain yang mesinnya dijamin tidak rusak. Om, tante dan sepupu-sepupu saya menolak tawaran si bapak operator. Kami merasa sedikit kecewa karena insiden itu, tapi entah siapa yang mau disalahkan. Sejak saat itu saya kapok naik banana boat lagi, betul-betul pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Post a Comment for "Kapok naik Banana Boat"