Negeri di Atas Awan Kampung Lolai Tana Toraja
![]() |
Salah satu spot foto di Lolai |
Negeri di Atas Awan Kampung Lolai Tana Toraja.
Berawal dari memanfaatkan ajakan 'jalan-jalan' dari seorang saudara sepupu, Niar yang sekarang berdomisili di Ampana Sulawesi Tengah.
Dengan drama jadi ikut atau batal berulang kali, hingga akhirnya fix juga, saya suami dan kedua anak kami akan ikut di momen jalan-jalan keluarga kali ini. Dan anak tengah kami sayang tidak bisa ikut karena masih dalam pemulihan pasca sakit cacar yang dideritanya seminggu yang lalu.
Tana Toraja merupakan tujuan wisata kami kali ini. Jika kabupaten Tana Toraja bertahun-tahun lamanya terkenal dengan wisata budayanya yang kental dengan aroma mistik, nah kali ini kami akan mengeksplor destinasi wisata lain yang sudah menjadi bahan perbincangan banyak orang yang sudah pernah kesana.
Negeri di atas awan, dari namanya saja sudah terbayang 'awan' yang menjadi bintang utama dari wisata kami kali ini.
Dengan persiapan hanya sehari dan terkesan terburu-buru.
Jika biasanya wacana liburan terbentur banyak hal, mulai dari kerjaan suami dan sekolah anak, namun akhirnya dengan niat yang kuat dan rencana jalan-jalan ini kebetulan juga sudah lama hanya menjadi wacana, akhirnya setelah dapat izin dari sekolah anak dan kantor suami, minggu pagi kami berangkat menuju Kota Makassar.
Perjalanan dari Kabupaten Bulukumba menuju Kota Makassar memakan waktu sekitar empat jam dengan jarak 150 km.
Tiba di makassar, transit di rumah sepupu semalaman. Keesokan harinya, Senin pukul 11.00 wita perjalanan menuju Tana Toraja pun bermula.
Agak sedikit---bukan agak banyak---molornya karena kerempongan tiga emak-emak mengurus ina inu yang tidak jelas ahahahaha..
220 km perjalanan yang harus ditempuh dari Makassar hingga Tana Toraja, begitu petunjuk dari Google Map.
Kalau ditotal perjalanan saya dari Bulukumba semuanya berarti ada 370 km jauhnya, belum perjalanan kembalinya.
Begini jalur lintas Kabupaten yang akan kami lalui mulai dari Makassar, Kabupaten Maros - Pangkep - Barru - Kota ParePare - Pinrang - Sebagian wilayah Sidrap - Enrekang - Toraja.
Kondisi jalanan dari Kabupaten Maros hingga Kota Parepare konsisten dua jalur dengan kondisi jalanan mulus dan tidak ada macetnya.
Begitu masuk Kabupaten Pinrang, jalur dua arah tersebut berakhir dan selanjutnya sebagian jalanan masih dalam proses pengerjaan. Berkali-kali kaca jendela mobil harus ditutup full, agar debu jalanan tidak masuk kedalam mobil.
Beberapakali juga kami singgah sebentar, untuk shalat dan makan kebetulan kami bawa bekal dari makassar jadinya hemat kan, selain itu makan dipinggir jalan juga jadi momen yang tidak kalah serunya.
Masuk waktu maghrib 18:06 wita, Alhamdulillah kami sudah tiba di Kota Enrekang dan singgah sebentar untuk melaksanakan shalat maghrib di Mesjid Agung Kabupaten Enrekang.
![]() |
Kondisi dalam Mesjid Agung Enrekang |
Fyi, Kabupaten Enrekang merupakan kampung halaman mama tercinta, mama dan ketujuh saudaranya lahir dan besar di wilayah ini tepatnya di Desa Kotu, Kecamatan Anggeraja.
Sekitar setengah jam kemudian, tibalah kami di rumah masa kecil mama yang akan menjadi tempat beristirahat kami untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju Tana Toraja esok harinya.
Sedikit lagi kami akan tiba di tujuan utama perjalanan panjang kami yaitu untuk menyaksikan sunsrise di Negeri atas awan Tana toraja.
Pukul 02:00 wita pagi, masih dalam kondisi mengantuk pastinya, semua rombongan harus bangun untuk kembali melanjutkan perjalanan.
Kalau ditotal jumlah rombongan kami yaitu 7 orang dewasa dan 4 anak-anak.
Di Enrekang rombongan bertambah satu saudara sepupu lagi namanya Alif.
Nah Alif ini, mengaku sudah tiga kali ke Negeri di atas awan dan belum pernah sama sekali berjumpa dengan awan yang dimaksud, nah nanti kita lihat apakah kali ini Alif dan kami semua bisa berjumpa atau tidak dengan sang awan yang menjadi ikon baru Tana Toraja itu. Let's see soon.
Pukul 04:00 pagi, kami memasuki Kota Toraja.
Celingak-celinguk suasana kota ternyata masih sangat sepi dan mesjid-mesjid masih pada terkunci semua.
Setelah sejenak berkeliling di kota yang terlalu luas ini, perjalanan menuju Negeri di atas awan itu pun, pak sopir kembali tancap gas.
Biar tidak tersesat, sempat kami menanyai seorang warga yang ada dijalanan, ternyata benar kami melewatkan belokan sebelumnya yang merupakan belokan menuju lokasi wisata tujuan kami. Putar balik !!.
Papan petunjuk yang ukurannya kira-kira cuma 15 cm x 15 cm bertuliskan "Lolai, Negeri di Atas Awan", seakan menjadi pintu gerbang kawasan wisata ini, suasana yang masih gelap, pantas saja kalau kami melewatkan papan petunjuk itu.
Jalanan sempit berkelok-kelok dan teruuus menanjak itu, begitulah gambaran jalanan hingga kami tiba dipuncak bukit ini.
Dengan ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut, pantas saja jika keindahan Kota Toraja bisa terlihat seluruhnya dari bukit ini.
Begitu tiba di atas bukit kita tidak bisa langsung masuk gaes karena ada portal beserta pos penjaganya, yang akan membuka kalau sudah bayar karcis masuk ehehehe...
Biaya masuk 15.000,- per orang (dewasa) dan anak-anak gratis.
Setelah membayar dengan total 105.000,- kamipun diperbolehkan masuk ke kawasan utama dari lokasi wisata ini.

Masih gelap dan semua lampu jalan masih menyala.
Setelah turun dari mobil ternyata sudah masuk waktu shalat subuh.
Coba tengok ke bawah bukit sebentar, ternyata awannya belum muncul.
Baiklah saya, tante (saudara mama) dan sepupu memutuskan untuk shalat subuh dulu.
Karena anak-anak masih tertidur pulas, mereka kami tinggal dimobil sebentar biar mereka tidur dulu, tenang ada sepupu yang lain yang bantu jaga anak-anak sementara mamanya shalat dulu.
Sebetulnya malam sebelumnya badan saya kurang fit, begitu juga dengan kedua anak saya.
Rasanya badan pegal semua, sakit kepala dan badan rasanya tidak enak.
Sebelum tidur saya sempetin minum susu beruang dulu, mungkin cuma karena pengaruh masih capek karena perjalanan yang cukup jauh.
Kalau kedua anak saya badannya agak demam tapi tidak sampai tinggi sekali, dan panasnya kadang naik dan tiba-tiba normal kembali.
Sempat khawatir kalau panasnya tidak turun juga berarti saya tidak bisa lanjut ke toraja, ehehe.
Tapi Alhamdulillah ternyata panas anak semuanya kembali normal, cuma buat jaga-jaga sempetin beli obat di apotek kalau tiba-tiba panasnya naik lagi.
Lanjuut...
Beruntungnya ternyata walaupun Tana Toraja terkenal dengan masyarakatnya yang mayoritas non muslim, tapi di tempat wisata Negeri di atas awan ini ramah muslim kok, karena bagi para muslim disediakan sebuah mushallah buat kita shalat.
Tempat cuci bersihnya seperti toilet dan tempat ambil air wudhunya juga bersih membuat kita nyaman menggunakan fasilitas yang disediakan.
Tapi bukan puncak gunung namanya kalau airnya tidak sedingin air dari dalam lemari pendingin yang sudah disimpan seminggu, brrrrr sangat dingin sekali.
Dan setelah shalat subuh, Masya Allah ternyata kenidahan alam yang ditunggu-tunggu oleh saya dan banyak pengunjung lainnya akhirnya mulai terlihat sedikit demi sedikit.


Mulai dari remang-remang cahaya sunrise yang mulai nampak, awan atau lebih tepatnya kabut mulai berkumpul menutupi sebuah perkampungan yang ada di bawah bukit yang sebelumnya terlihat jelas cahaya titik-titik lampu rumah warga sekarang tertutupi oleh sekumpulan awan putih yang cantik.
Tidak henti-hentinya para pengunjung mengabadikan momen ini, baik yang menggunakan kamera handphone juga dengan kamera DLSR.
Juga kehadiran sebuah drone yang saya yakin juga sedang merekam momen ini dan bisa merekam hingga jauh tepat ke atas gumpalan awan cantik itu.


Pemandangan alampun semakin menakjubkan saat perlahan-lahan cahaya matahari mulai terbit.
Begitu sangat indah kombinasi keindahan cahaya sunrise diatas awan itu.
Fasilitas
Untuk memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, di tempat ini fasilitas yang disediakan juga cukup lengkap mulai dari penginapan, mushalla, toilet yang bersih dan warung makan.





![]() |
Mushalla |
![]() |
Penginapan bentuk Rumah Tongkonan |
Post a Comment for "Negeri di Atas Awan Kampung Lolai Tana Toraja"